tbc

Tuberkulosis, juga dikenal dengan TBC atau TB, adalah penyakit menular yang lumayan umum terjadi di Indonesia. Kasusnya per tahun pun bisa mencapai lebih dari 150.000 kasus. Pada tahun 2018 sendiri, Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan kasus penyakit TB terbanyak di dunia, setelah India dan Tiongkok. 

Karena itu, ada baiknya jika kita mengetahui lebih tentang TBC. Simak artikelnya ya!

Apa itu TBC?

Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah sebuah infeksi penyakit menular oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Walau biasanya menyerang paru-paru, penyakit TB sebenarnya bisa menginfeksi bagian tubuh lainnya. 

Jenis TB yang umum ditemukan, antara lain:

  • TBC paru
  • TBC tulang
  • TBC usus
  • TBC kelenjar getah bening

Pada artikel ini, kita akan lebih membahas untuk TBC paru, yaitu jenis TBC yang paling umum. Menurut Kode ICD 10, penyakit TBC mempunyai kode A15-A19. Penyakit TBC paru sendiri masuk ke dalam kategori tuberkulosis pernapasan dalam kode A15-16.

 

Penyebab TBC

Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Biasanya penyakit ini menyerang orang dewasa yang berada di usia produktif. Namun, semua orang dari berbagai kalangan dan usia tetap bisa terinfeksi.

Ada pun, berikut adalah beberapa golongan orang yang mempunyai risiko penularan TB yang lebih tinggi:

  • Perokok aktif; 
  • Pengguna obat-obatan terlarang;
  • Penderita gangguan sistem imun, terutama HIV;
  • Orang yang kekurangan gizi atau malnutrisi;
  • Tenaga ahli kesehatan yang berhubungan dengan pasien TB.

Kapan Penyakit TBC Dapat Menular?

Cara penularan TBC serupa dengan COVID-19, yaitu melalui droplet dari pasien TB aktif, yaitu ketika mereka berbicara, bersin, hingga batuk. Pasien TB laten (lihat di bagian gejala tbc) tidak dapat menularkan penyakit TB.

Walau penyakit tbc bersifat menular, tetapi kecil kemungkinan untuk mendapatkannya dari orang yang kamu tidak kenal. Biasanya TBC ini pun kamu dapatkan dari mereka yang tinggal atau bekerja bersama kamu.

Selain itu, pasien dengan TB aktif tidak akan bisa menularkan TB lagi setelah menjalani sekitar 2 minggu pengobatan. Karena itu, penting untuk menyadari gejala dan deteksi dini sebelum TB menular ke orang lain dan menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan.

Baca Juga : 

 

Gejala dan Ciri TBC

Walau terinfeksi bakteri TBC, sistem imun pada umumnya cukup kuat untuk mencegah kamu dari jatuh sakit. Karena itu, ada dua jenis TB, yaitu:

  • TB laten adalah kondisi di mana kamu terinfeksi bakteri TBC tapi bakteri itu tidak aktif dan tidak bergejala. Pada fase ini, tidak terjadi penularan. Namun, TB laten bisa menjadi TB aktif kapan saja, terutama ketika sistem imun turun, jadi pengobatan tetap perlu dilakukan.
  • TB aktif, atau disebut juga penyakit TB. Kondisi ini terjadi jika kamu mulai mengalami gejala dan dapat menular ke orang lain. Fase ini pun bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan tahun jika tidak diobati.

Ada pun, gejala TBC paru yang aktif antara lain:

  • Batuk tak kunjung sembuh, terutama jika sudah berminggu-minggu
  • Batuk berdarah
  • Nyeri dada
  • Turunnya berat badan
  • Turunnya nafsu makan
  • Keringat dingin
  • Rasa lelah
  • Demam tinggi 

Jika infeksi tuberkulosis terjadi di luar paru-paru, maka ada gejala yang berbeda pula. Misalnya, TBC tulang belakang dapat bergejala sakit punggung.

Asuransi Kesehatan Penyakit Kritis Cashless

Komplikasi akibat TBC

Jika dibiarkan, maka tuberkulosis dapat berakibat fatal. Selain itu, bakteri TB juga bisa menyebar dari paru ke pembuluh darah dan organ lain. 

Komplikasi dari TB yang tidak diobati antara lain:

  • Risiko penyakit jantung;
  • Gangguan ginjal atau hati;
  • Meningitis (radang selaput otak);
  • Kerusakan sendi, biasanya pada pinggul dan lutut;
  • Rasa sakit atau kaku pada bagian punggung.

 

Pengobatan TBC

Diagnosa TBC biasanya lewat pengecekan dahak. Dalam beberapa kasus, perlu adanya tes rontgen pada dada, pengambilan darah, serta tes kulit (mantoux).

Setelah terdiagnosa, TBC harus segera ditangani melalui berbagai obat khusus TBC, antara lain:

  • Pyrazinamide
  • Isoniazid
  • Rifampicin
  • Ethambutol

Kamu perlu mengingat bahwa pengobatan harus berlangsung selama kurang lebih 6 bulan untuk melihat hasilnya. Selain itu, kamu juga perlu tahu bahwa dua obat TBC, yaitu isoniazid dan rifampicin mungkin mempunyai kontraindikasi (bertentangan) dengan obat-obatan tertentu, seperti: 

  • Pil KB, 
  • Pengobatan diabetes, serta 
  • Obat hipertensi. 

Karena dari itu, pastikan kamu mengkonsultasikan kepada dokter jika mempunyai penyakit lain.

Apakah TBC Bisa Sepenuhnya Sembuh?

TBC biasanya dapat sembuh selama obat diminum secara teratur.

Ada kalanya di mana TB tidak bisa disembuhkan oleh obat TBC pada umumnya karena TB sudah “tahan obat”. Namun, bukan artinya tidak bisa sembuh, kamu hanya perlu mencoba pengobatan TBC lainnya.

TB menjadi berbahaya ketika orang tidak meminum obat secara teratur atau bahkan tidak mengetahui bahwa dirinya menderita TB. Karena dari itu, pastikan kamu mengetahui ciri-ciri TBC dan memeriksakan diri ke dokter bila memang ada gejala yang muncul.

Apakah Ada Efek Samping?

Ada kemungkinan efek samping obat TBC yang berbeda pada setiap orang. Efek samping ini antara lain:

  • Kulit gatal;
  • Kulit mengelupas;
  • Gangguan pencernaan;
  • Kehilangan nafsu makan;
  • Gangguan penglihatan;
  • Detak jantung terasa lebih cepat dari biasa;
  • Warna urine yang lebih gelap dari biasa;
  • Lebih sering mengeluarkan urine;
  • Gejala flu, seperti sakit kepala, demam, dan sakit tenggorokan;
  • Penyakit kuning, di mana bagian putih mata menguning;
  • Peradangan, terutama pada hati, kelenjar getah bening, dan/atau pembuluh darah.

Walau tidak semua gejala berasal dari efek samping obat TBC, tapi ada baiknya jika kamu mengkonsultasikan keluhan ini (jika ada) ketika menjalani pengobatan.

 

Bagaimana Cara Mencegah Penyakit TBC?

Vaksin TBC, yaitu vaksin BCG, biasanya cukup untuk menjadi cara pencegahan paling ampuh. 

Namun, pencegahan ini biasanya disarankan untuk mereka yang masih berusia di bawah 2 bulan. Golongan usia lainnya dapat mendapatkan vaksin juga, namun tidak akan seefektif ketika masih bayi.

Ada beberapa cara pencegahan TBC lainnya yang bisa kamu terapkan juga, antara lain:

  • Kenakan masker ketika bertemu pasien TB;
  • Tetap di rumah saat menjalani pengobatan TBC;
  • Tutup area mulut ketika akan bersin, batuk, dan tertawa;
  • Membuang dahak atau ludah pada tempatnya.

 

Bisa Antisipasi Risiko TBC?

Selain vaksin dan menjaga protokol kesehatan, kamu pun bisa mengantisipasi risiko TBC dengan proteksi asuransi penyakit menular. Mulai dari Rp45.000-an saja per bulan, kamu pun bisa mendapatkan proteksi menyeluruh sesuai tagihan.

Dengan begitu, kamu bisa berfokus pada kesembuhan tanpa perlu kuatir soal biaya. Jadi, apa kamu siap untuk #SehatSuperMudah dengan Super You?